Junk Food Dapat Mengakibatkan Gangguan Mental Pada Anak Dan Balita
Junk Food Dapat Mengakibatkan Gangguan Mental Pada Anak Dan Balita - Orang tua sebaiknya memperhatikan asupan gizi bagi anaknya. Makanan s...
https://posbalita.blogspot.com/2015/06/junk-food-dapat-mengakibatkan-gangguan.html
Junk Food Dapat Mengakibatkan Gangguan Mental Pada Anak Dan Balita - Orang tua sebaiknya memperhatikan asupan gizi bagi anaknya. Makanan sampah (junk food) sangat miskin akan gizi dan dapat menyebabkan anak cenderung berperilaku hiperaktif, nakal dan sulit berkonsentrasi.
Dalam sebuah penelitian oleh Central Queensland University di Australia, ditemukan bahwa anak-anank termasuk juga balita yang sering memakan makanan berlemak serta mengandung gula tinggi, misalnya junkfood, lebih cenderung mengalami gangguan pada kesehatan fisik dan psikologis. Dalam penelitian tersebut juga terungkap, bahwa anak-anak yang pola makannya tidak sehat lebih cenderung memiliki performa tidak bagus di sekolah.
Dr. Karena Burke, seorang peneliti mengatakan, gangguan spesifik yang disebabkan junk food adalah hiperaktif dan depresi pada anak. Diet pada anak juga memberikan pengaruh pada kesehatan mental mereka. Selain memberikan pengaruh pada kesehatan mental, makanan tidak sehat yang yang dikonsumsinya juga memicu obesitas. Dikarenakan makanan saat ini banyak yang telah mengalami proses pengolahan yang ditambah bahan lain dengan kalori tinggi seperti gula, garam dan lemak. Semua bahan tambahan ini jika dikonsumsi pada tingkat tertentu, dapat membahayakan kehidupan anak dan balita.
Dr Burke juga menyarankan kepada para orang tua agar memperbanyak asupan makanan yang belum diolah seperti sayur dan buah segar untuk kehidupan anak-anak. Pastinya juga diimbangi dengan olahraga dan aktivitas fisik menyehatkan lainnya.
Tidak sedikit orang tua yang berkarir atau berprofesi yang mengharuskan untuk bekerja seharian di luar rumah, mereka kadang membeli makanan olahan atau cepat saji untuk anak atau balita mereka supaya menghemat waktu dari pada meluangkan waktunya sebentar untuk memasak. Orang-orang seperti ini sangat dikejar-kejar oleh waktu dan biasanya perhatian mereka pada anak-anaknya sangat kurang.
Selain memperhatikan dari segi makanan yang dikonsumsi anak-anak dan balita, orang tua juga harus memperhatikan keadaan fisik si anak. Jangan sampai si anak sering mendapat teriakan dan pukulan meskipun kadang hanya dimaksudkan untuk mendidik, tapi hal tersebut bisa membuat anak menjadi bodoh.
Mendidik anak dengan cara meneriakinya dan memukulinya memang dapat mempercepat si anak untuk mengerti dan memahami apa yang diinginkan orang tuanya. Namun hal tersebut bukanlah suatu bentuk penyadaran ke anak karena ada unsur keterpaksaan.
Mendidik anak tidak sama dengan menghukum. Tujuan pendidikan sendiri adalah untuk menjadikan anak produktif dan bahagia dengan memberikan hasil karya nyata.
Jika mendidik anak dengan pukulan dan teriakan, maka yang akan bekerja ialah otak reftil yang letaknya di belakang, sehingga anak bisa menjadi bodoh karena otak tersebut digunakan untuk mempertahankan hidup.
Selain itu juga menjadikan anak kurang percaya diri dan sulit untuk berfikir, sehingga ia akan cenderung melakukan tindakan kriminal yang ia tiru dari perbuatan orang tuanya.